ASUHAN KEBIDANAN KB IMPLAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu di akui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang di alami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Gunawan, 2013).
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang di inginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity) (Saifuddin, 2007).
Berbagai jenis alat kontrasepsi di antaranya kondom, pil, suntik, implant, IUD, tubektomi dan vasektomi. Dalam Asuhan Kebidanan ini akan membahas mengenai salah satu alat yaitu mengenai KB implan. Implan merupakan alat KB yang terdiri dari 6 tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3 cm. Implan disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena di pasang di bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini di susupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Hormon yang dikandung dalam implan ini adalah progesterone, yaitu hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen yaitu hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak, dengan demikian menyebabkan terjadinya menstruasi. Alat KB yang di tempatkan di bawah kulit ini (implant) efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang di bawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Implan bekerja efektif selama 3-5 tahun (Afandi, 2009).
Sebagai bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada Akseptor KB sesuai kompetensi yang kedua, yaitu bidan memberikan asuhan bermutu tinggi tentang pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan dasar kehidupan yang sehat (Manuaba, 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban”.

1.2     Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran klinik kebidanan, mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.

1.2.2   Tujuan Khusus
Dalam melaksanakan praktik ini, mahasiswa di harapkan mampu:
1.        Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.
2.        Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.
3.        Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.
4.        Mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.
5.        Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.
6.        Melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.
7.        Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban.

1.3         Ruang Lingkup
       Berdasarkan kasus yang dipelajari, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana penanganan dan pemecahan masalah dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga pada akseptor baru KB implant, karena keterbatasan waktu dan pengetahuan yang di miliki penulis maka penulis batasi pada Asuhan Kebidanan pada Ny ”H” Usia 25 Tahun P10001 dengan Akseptor Baru KB Implant di Puskesmas Tuban pada tanggal 05 Maret – 24 Maret 2018.

1.4         Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan metode :
1.        Studi pustaka dengan menggunakan atau membaca literatur.
2.        Mengumpulkan data
a.         Wawancara                 :    Tanya jawab dengan keluarga pasien.
b.         Observasi                    :    Mengadakan pengamatan secara langsung kepada pasien untuk memperoleh data yang benar dan obyektif.
c.         Pemeriksaan fisik       :    Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3.        Sumber data
a.         Primer                         :
                            S          :    Tanya jawab dengan pasien/ keluarga
                        O         :    Observasi tanda-tanda vital dan melakukan pemeriksaan fisik.
b.         Sekunder                    :    Di peroleh dari status pasien.

1.4         Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan ini di laksanakan di Puskesmas Tuban pada tanggal 05 Maret – 03 Maret 2018.

1.5         Sistematika Penulisan
BAB I                : PENDAHULUAN
                             1.1 Latar Belakang
                             1.2 Tujuan
                             1.3 Ruang Lingkup
                             1.4 Metode Penulisan
                             1.5 Pelaksanaan
                             1.6 Sistematika Penulisan
BAB II              : TINJAUAN PUSTAKA
                             2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
                             2.2 Konsep Dasar KB Implant
  2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen
Varney
BAB III             : TINJAUAN KASUS
                             3.1 Pengkajian
                             3.2 Diagnosa/ Masalah
                             3.3 Diagnosa dan Masalah Potensial
                             3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera   
                             3.5 Intervensi
                             3.6 Implementasi
                             3.7 Evaluasi
BAB IV             : PENUTUP
                             4.1 Kesimpulan
                             4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Konsep Dasar Keluarga Berencana
2.1.1        Definisi Keluarga Berencana
            Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang di canangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan  (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Amalia, 2010).
            Kontrasepsi berasal dari kata kontra yaitu mencegah atau melawan dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan (Depkes RI, 2008).
2.1.2        Tujuan Keluarga Berencana
1)        Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar di peroleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
2)        Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas
3)        Menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas (Mochtar, 2012).
2.1.3        Ciri-Ciri Kontrasepsi Yang Dianjurkan
  1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
  2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
  3. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Ini di kenal sebagai catur warga (Sarifudin, 2010).
Alasan menjarangkan kehamilan :
1)      Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
2)      Segera setelah anak pertama lahir, maka di anjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine Device) sebagai pilihan utama.
3)      Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi, namun di sini tidak berbahaya karena pada usia kehamilan dan melahirkan yang baik.
4)      Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program (Hasan, 2009).
2.1.4        Macam-Macam KB
1)                                Kondom
Kondom adalah sarung karet tipis penutup alat kelamin laki-laki yang menampung cairan sel mani saat pria ejakulasi.
2)                                Pil KB
Pil ini adalah hormon yang mengandung estrogen dan progesteron yang diminum tiap hari.
3)                                Suntik KB
Adalah obat yang di suntikkan ke bokong/ pantat ibu. Suntik KB ada 2 macam yaitu 3 bulan atau 1 bulan.
4)                                Implant / Susuk
Adalah kapsul batangan yang berbentuk seperti korek api. Ada yang berjumlah 2 biji untuk 3 tahun dan 6 biji untuk 5 tahun.
5)                                IUD / AKDR
Alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim, umumnya berbentuk T.
6)                                Tubektomi / MOW
Adalah kontrasepsi permanen pada perempuan untuk mereka yang tidak ingin mempunyai anak lagi.
7)                                Vasektomi / MOP
Adalah kontrasepsi permanen pada laki-laki untuk mereka yang tidak ingin mempunyai anak lagi (Mochtar, 2008).

2.2         Konsep Dasar Kontrasepsi Implant
2.2.1   Definisi Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi Implant adalah metode kontrasepsi yang di insersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, (3-5 tahun) dosis rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2009).
Kontrasepsi Implant adalah sistem norplant dari implant subdermal levonorgestrel yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic, masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa kerja lima tahun (Varney, 2008).
2.2.2        Cara Kerja Kontrasepsi Implant
a.                                                         Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
b.                                                         Levonorgestrel
Menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang di induksi estradiol dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi, meskipun demikian tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat di deteksi pada pengguna implan.
c.                                                         Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
d.                                                         Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi (Abdul Bari Saifuddin, 2008).
2.2.3        Jenis-jenis Implant
1)                                Norplant
Di pakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30-35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang paling banyak di pakai.
2)                                Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang di masukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/ disposable, dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
3)                                Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
4)                                Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama kerja 1 tahun.
5)                                Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari bahan pembawa/ pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu di keluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, tidak akan mungkin di keluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat di perbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12-18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat di bandingkan silastic (Aziz Alimul Hidayat, 2008).
2.2.4        Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Implant
1.                                                                                                                                                                                                                                   Indikasi
a.     Pemakaian KB jangka waktu lama
b.         Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat
c.         Tidak dapat memakai jenis KB yang lain (Evy Novianti, 2011).
2.        Kontra Indikasi
1)        Hamil atau di duga hamil
2)        Pendarahan vagina tanpa sebab
3)        Wanita dalam usia reproduksi
4)        Telah atau belum memiliki anak
5)        Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun)
6)        Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
7)        Pasca persalinan atau pasca keguguran
8)        Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap
9)        Riwayat kehamilan ektopik
10)    Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
11)    Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil
12)    Perdarahan pervaginam yang belum di ketahui penyebabnya
13)    Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara (Glasier, 2013).
2.2.5        Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implant
1.    Keuntungan Kontrasepsi Implant
a.         Daya guna tinggi
b.         Perlindungan jangka panjang (3-5 tahun)
c.     Pengembalian kesuburan yang cepat
d.         Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e.         Bebas dari pengaruh estrogen
f.          Tidak mengganggu kegiatan senggama
g.         Tidak mengganggu ASI
h.         Mengurangi atau memperbaiki anemia
i.           Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
j.           Dapat di cabut setiap saat (Gumiarti, 2010).
2.        Kerugian Kontrasepsi Implant
       Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a)         Nyeri kepala
b)        Peningkatan berat badan
c)         Jerawat
d)        Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
e)         Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
Implant
f)         Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
g)        Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (Hanavi, 2009).
2.2.6        Pemasangan Implant
a.    Persiapan Lingkungan
-       Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang pemasangan implant cocok untuk pemasangan maupun pencabutan implant
-       Mamiliki pencahayaan yang cukup
-       Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan
-       Terbebas dari debu dan serangga
-       Memiliki ventilasi udara yang baik
-       Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir (air kran dan lain-lain) (Harnawati, 2011).
b.    Pencegahan Infeksi
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun pencabutan implant, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal :
1)        Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang implant dan membilasnya, hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik).
2)        Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan pencabutan implant, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bilas dengan air bersih yang mengalir.
3)        Pakai kedua sarung tangan yang telah di sterilisasi atau di DTT.
4)        Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah di beri anti septik.
5)        Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implant dan sebelum malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5%.
6)        Kain pemasangan implant (drape) harus di cuci sebelum di gunakan kembali.
7)        Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi (kassa,kapas,dll) kedalam wadah tertutup atau kantong plastik yang tidak bocor.
8)        Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar (Hendry, 2009).
c.         Persiapan Alat
1)        Meja periksa atau tempat tidur untuk berbaling klien
2)        Alat penyangga lengan (tambahan)
3)        Batang implan dalam kantong
4)        Kain penutup steril (disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat meletakkan implant
5)        Pasang sarung tangan steril atau di disinfeksi tingkat tinggi
6)        Sabun untuk mencuci tangan
7)        Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit (betadin atau sejenis gol povidon iodin lainnya), lengkap dengan cawan/ mangkok anti karat
8)        Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
9)        Spuit (5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch)
10)    Trokar 10 dan madrin
11)    Skalpel 11 atau 15
12)    Kassa pembalut, band aid, atau plester
13)    Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk kaperluan darurat)
14)    Klem penjepit atau klem mosquito (tambahan)
15)    Bak/ tempat instrumen (tertutup) (Henry, 2009).

d.        Persiapan Pemasangan
Langkah 1
k.        
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit.
Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada) dengan kain bersih (jaga privasi klien).
Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang di gunakan (lengan kiri) di letakkan pada lengan penyangga atau meja di samping. Lengan harus di sangga dengan baik dan dapat di gerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang di sukai untuk memudahkan pemasangan.
Langkah 4 
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
Langkah 5
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril. Bila tidak ada mangkuk steril, kapsul dapat di letakkan dalam mangkuk yang di disinfeksi tingkat tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT (Umar, 2012).




e.         Tindakan Sebelum Pemasangan
Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah di capai. Hitung kapsul untuk memstikan jumlahnya.
Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan.
Langkah 5
Bila ada gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan di pasang kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril.
Langkah 6
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implant.
Langkah 7
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul (Nursalam, 2012).




f.          Pemasangan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
Langkah 1
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
Langkah 2
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar :
a.    Dekat pangkal menunjukkan batas trokar di masukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul.
b.    Dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul.
Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya, masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut lainnya.
Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat di raba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda dekat pangkal cabut pendorong dari trokar.
Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul di ambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari pertikel lain.
Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa.
Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
Langkah 9
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul saat trokar di gerakkan untuk memasang kapsul berikutnya.
Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
Langkah 12    
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah terpasang.
Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan di pasang kembali di tempat yang tepat.
Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah di periksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit (Rimelda, 2009).

g.        Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1)        Menutup Luka Insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu di jahit karena dapat menimbulkan jaringan parut.
2)        Periksa Adanya Perdarahan
Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan subcutan)
3)        Perawatan Klien
-       Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan
-       Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemaasangan, kalau bisa di berikan secara tertulis (Sugiyono, 2010).
2.2.7        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi
1.        Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang di cakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat menurut Notoatmodjo :
a.         Tahu (Know)
b.         Memahami (Comprehension)
c.         Aplikasi (Application)
d.         Analisis (Analysis)
e.         Sintesis (Synthesis)
f.          Evaluasi (Evaluation)
2.        Pendidikan
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan manusia di anggap akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia semakin berkualitas.
3.        Sumber Ekonomi
Sumber ekonomi adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga. Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan, dan transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi (Usman, 2013).

2.3         Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Manajemen Hellen Varney
          Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan klien yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Dalam melaksanakan manajemen kebidanan penulis menggunakan tujuh langkah (Varney, Hellen 1997).
2.3.1   Pengkajian
          Yaitu pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasien, data dasar ini mencakup riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, mempelajari data laboratorium dan informasi yang ada sangkut pautnya dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Langkah ini mencakup :
A.      Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari anamnase dan tanya jawab secara langsung dengan pasien. Data ini meliputi :
1)       Identitas
a.         Nama            :    Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak salah dalam memberikan penanganan. Untuk membedakan pasien, mengetahui dan mengenal pasien.
b.         Umur            :    Untuk mengetahui umur ibu dan memberikan perencanaan keluarga pada klien dengan tepat sesuai 3 fase perencanaan KB.
c.         Agama          :    Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien Sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
d.         Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang dianut klien sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
e.         Pendidikan   : Pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat kemampuan klien. Karena pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
f.          Alamat          :    Untuk mengetahui klien tinggal dimana
2)        Keluhan Klien
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB.
3)        Riwayat Kesehatan Klien
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/ trauma tulang punggung.
4)        Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan kembar.
5)        Riwayat Obstetri
Riwayat haid : Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid, dismenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
6)        Riwayat Perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah berapa kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk dalam infertilitas sekunder atau bukan.
7)        Riwayat persalinan yang lalu
Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau tidak.
8)        Riwayat KB
Untuk mengetahui KB apakah yang di gunakan ibu sebelumnya dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
9)        Pola Kehidupan Sehari-Hari
a.         Pola nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan atau terdapatnya alergi.
b.         Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari
c.         Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.
d.         Pola seksual
Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan seksual.
e.         Pola aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
f.          Pola personal hygiene masalah dan lingkungan
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat kesehatan.
10)    Data pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan di lakukan ibu, mengenai jenis – jenis alat kontrasepsi, manfaat dan efek samping KB.
11)    Data Psikologis
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan tetangga. Dan bagaimana pandangan suami dengan alkon yang dipilih apakah mendapat dukungan atau tidak.

B.       Data Objektif
1)        Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya, sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan medis pada pasien.
2)        Pemeriksaan Fisik
Kepala                 :      Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, rambut rontok atau tidak.
Mata                    :      Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterus atau tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata cekung atau tidak.
Hidung                :      Di periksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.
Mulut                   :      Di periksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak, dan ada caries dentis atau tidak.
Telinga                 :      Di periksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga atau tidak.
Ketiak                  :      Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe/ getah bening atau tidak.
Dada                    :      Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada saat respirasi atau tidak.
Mammae              :      Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal atau tidak.
Abdomen             :      Di periksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada daerah abdomen atau tidak.
Pinggang              :      Untuk mengetahui adanya nyeri tekan waktu di periksa atau tidak.
Genetalia             :      Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba adanya infeksi kelenjar batholini dan kelenjar skene atau tidak.
Punggung            :      Periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau tidak.
Anus                    :      Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
Ekstremitas          :      Di periksa apakah ada varises atau tidak, apakah ada odem dan kelainan atau tidak.
2.3.2        Interpretasi Data Untuk Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah
Interpretasi dibentuk  dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa kebidanan, masalah dan keadaan pasien.
a)        Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan dengan para, abortus , umur ibu, dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut :
1)        Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
2)        Pertanyaan mengenai jumlah persalinan
3)        Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
4)        Pernyataan pasien mengenai kebutuhannya
5)        Pertanyaan pasien mengenai keluhannya
6)        Hasil pemeriksaan :
-            Pemeriksaan keadaan umum pasien
-            Pemeriksaan status emosional pasien
-            Pemeriksaan kesadaran pasien
-            Pemeriksaat tanda – tanda vital pasien
b)       Masalah
Ada masalah atau tidak
2.3.3        Diagnosa Potensial
Adakah diagnosa potensial atau tidak
2.3.4        Kebutuhan Segera
Dibutuhkan penangan segera atau tidak
2.3.5        Perencanaan / Intervensi
       Lakukan komunikasi terapeutik pada pasien dan merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah selanjutnya. Perencanaan berkaitan dengan diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan.
a.         Berkaitan dengan diagnose kebidanan
-            Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien
-            Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi
-            Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian
-            Pemberian informasi tentang cara penggunaan
h.         Berkaitan dengan masalah
Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja implant
2.3.6        Pelaksanaan/ Implementasi
       Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah pasien sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik dan melakukan follow up.
a.         Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien
b.         Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi
c.         Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian
d.         Memberikan informasi tentang cara penggunaan
2.3.7        Evaluasi
       Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari asuhan kebidanan yang di berikan.
a.         Pasien mengetahui tentang kondisinya
b.         Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi KB implant
c.         Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian KB implant
d.         Pasien mengetahui tentang cara penggunaan KB implant
  




BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal : 15 Maret 2018            Pukul : 09.00 WIB              Oleh    : Ina S.
A.      Data Subyektif
1)        Identitas/ Biodata
Nama Klien          : Ny. “H                     Nama Suami                : Tn. “A
Umur                    : 25 tahun                   Umur                           : 27 tahun
Suku/ Bangsa       : Jawa/ Indonesia       Suku/ Bangsa              :Jawa/Indonesia
Agama                   : Islam                                    Agama                         : Islam
Pendidikan            : SMA                         Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan              : IRT                           Pekerjaan                    : Swasta
Alamat                  : Sugiharjo-Tuban
2)        Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin memakai alat kontrasepsi  untuk menunda kehamilannya dan ibu ingin memakai KB implant.

3)        Riwayat Menstruasi

Siklus                : ±28 hari                        Menarche        : 14 tahun

Lama                 : 7 hari                           Keluhan           : Tidak ada

Warna                : Merah segar                 Amenorea        : Tidak ada

Bau                    : Anyir

4)   Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Hamil ke-

Komplikasi

Tempat persalinan

UK

Jenis persalinan

Penolong

JK anak

BB/PB anak

Meneteki

KB

1

-

BPS

9 bln

Spt B

Bidan

L / 2 thn

3200 gr / 50 cm

Ya, 2 tahun

Belum pernah KB

 

 

5)        Riwayat Kesehatan

a.         Riwayat kesehatan sekarang

-           Keluhan utama

Ibu mengatakan ingin memakai KB implant

-           Riwayat penyakit yang pernah di derita

Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita suatu penyakit yang menular maupun menahun seperti DM, asma, hipertensi, hepatitis, TBC, jantung, dll.

-           Pengobatan yang telah di dapat

Ibu mengatakan tidak pernah mendapatkan pengobatan yang serius.

-           Alergi terhadap obat

Ibu mengatakan tidak alergi terhadap obat.

b.    Riwayat kesehatan yang lalu

-      Penyakit yang pernah di derita keluarga

Ibu mengatakan bahwa baik dari keluarga ibu maupun keluarga suami tidak ada yang mempunyai penyakit menular, menahun maupun menurun lainnya seperti DM, asma, hipertensi, hepatitis, TBC, jantung, dll.

-           Operasi yang pernah di alami

Ibu mengatakan belum pernah mengalami operasi.

-           Keturunan kembar

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada keturunan kembar.

6)    Data KB

a)         Persalinan terakhir                                     :  2 tahun yang lalu

b)        Jenis persalinan                                          :  Spontan

c)         Pernah memakai kontrasepsi                     :  belum pernah

d)        Pasien datang atas petunjuk                      :  Sendiri

e)         Datang pertama mendapat pelayanan KB :  Belum pernah

f)         Perencanaan anak dalam keluarga             :  2 anak

g)        Tanggapan suami                                      :  Suami mendukung ibu untuk menggunakan KB implant

 

7)        Data Psiko, Sosio, Spiritual

a.         Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi

Ibu mengatakan alat KB sebagai alat menjarangkan anak dan menunda kehamilan

b.         Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang di pakai sekarang

Ibu mengatakan KB implant 3 tahun sekali dan efek sampingnya tidak begitu memberatkan

c.         Dukungan suami dan keluarga

Suami dan keluarga sangat mendukung ibu untuk menggunakan KB implant.

B.    Data Obyektif

1.        Pemeriksaan Umum
a.         Keadaan Umum      : Baik
b.        Kesadaran               : Composmentis
c.         TB/BB                    : 155 cm / 60 kg.
d.        TTV                        :
1)        Tekanan darah             : 110 / 80 mmHg
2)        Nadi                             : 80x / menit
3)        Suhu                            : 36,6°C
4)        Respirasi                     : 20x / menit
2.        Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi
a)         Rambut         : Bersih, tidak berketombe dan tidak mudah rontok.
b)        Muka            : Conjungtiva merah muda dan sklera putih.
c)         Mulut Gigi    : Tidak pucat, tidak ada stomatitis, dan tidak ada gigi karies.
d)        Leher            : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena jugularis.
e)         Dada             : pengembangan dada saat bernapas normal, bentuk payudara simetris, tidak ada hiperpigmentasi pada areola, tidak ada benjolan abnormal pada payudara.
f)         Abdomen     : Tidak ada tanda-tanda kehamilan.
g)        Genetalia      : Tidak di kaji.
h)        Anus             : Tidak ada haemoroid.
i)          Ekstremitas   : Tidak ada varises dan tidak oedem.
3.2 Interpretasi Data
Diagnosa              :    P10001 akseptor baru KB implant
DS                       :    Ibu mengatakan ingin memakai alat kontrasepsi untuk menunda kehamilannya dan ibu ingin menggunakan KB implant.
DO                       :    KU                 :    Baik
                                 Kesadaran    :    Composmentis
                                 TD                     :     110/80  mmHg
                                 N                  :    80x/menit
                                 S                   :    36,6°C
                                 RR                :    20x/menit
3.3  Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
 Tidak ada
3.4  Identifikasi  Kebutuhan Tindakan Segera
 Tidak ada
3.5  Intervensi
Tanggal : 15 Maret 2018             Jam : 09.10 WIB                     Oleh : Ina S.
Diagnosa              : P10001 akseptor baru KB implant
Tujuan                  : Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada Ny. “S” selama 30 menit di harapkan keadaan baik dan sehat, serta tidak ada komplikasi nantinya.
Kriteria                 : Keadaan Umum Baik
TTV dalam keadaan baik

No.
Intervensi
Rasional
1.
Jalin komunikasi terapeutik dengan klien
Agar klien kooperatif dalam menjalankan pemasangan implant.

2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

Pencegahan infeksi
3.
Beritahu klien pengetahuan tentang KB implant
Untuk mengetahui sampai di mana pengetahuan klien tentang KB implant

4.
Jelaskan cara kerja, efektivitas, kerugian, keuntungan dan efek samping KB implant

Klien mampu beradaptasi dengan penggunaan KB implant
5.
Penapisan KB implant
Mengetahui apa klien dapat menggunakan KB implant sesuai dengan persyaratan

6.
Tanyakan apa klien sudah mendapat pengetahuan tentang pemasangan KB implant
Klien dapat kooperatif dalam pelaksanaan pemasangan KB implant

7.
Tanyakan apa klien alergi obat anastesi tertentu
Sesuai dengan anastesi yang tersedia atau tidak

8.   
Beritahu klien untuk mencuci lengan sebelah kiri dengan sabun dan membilasnya dengan air mengalir serta mengusap dengan handuk kering

Mengurangi mikroorganisme yang ada di kulit
9.        
Bantu klien untuk naik ke bed yang tersedia
Agar klien tahu posisi yang sesuai dengan instruksi bidan

10.     
Lakukan tindakan pemasangan implant
Sesusi prosedur/ protap
11.
Lakukan tindakan pasca pemasangan implant
Perdarahan akibat pemasangan berhenti, dan bakteri tidak masuk pada insisi yang telah di buat

12.
Jelaskan perawatan pasca pemasangan KB implant
Klien dapat menjaga kebersihan dan mencegah dari infeksi
13.
Jelaskan klien harus kembali jika terdapat nanah, perdarahan, ataupun kapsul keluar

Agar klien mendapat perawatan
14.
Dokumentasi
Mencatat semua prasat yang telah di lakukan

15.
Anjurkan klien untuk kontrol 5 hari  lagi atau bila ada keluhan klien boleh datang untuk konsultasi
Untuk mengetahui kondisi ibu dan kondisi luka seudah kering


1.6    Implementasi
Tanggal : 15 Maret 2018             Jam : 09.20 WIB                     Oleh : Ina S.
No
Implementasi
1.        
Menjalin komunikasi yang baik dengan klien dengan cara menyapa ramah dan sopan agar klien kooperatif dengan tenaga kesehatan
2.        
Mencuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi
3.        
Memberitahu klien pengetahuan tentang KB implant
4.        
Menjelaskan cara kerja, efektivitas, kerugian, keuntungan dan efek samping KB implant
5.        
Melakukan penapisan KB implant pada klien
6.        
Melaksanakan penapisan KB implant pada klien
7.        
Menanyakan apa klien sudah mendapat pengetahuan tentang pemasangan KB implant
8.        
Menanyakan apa klien alergi obat anastesi tertentu
9.        
Memberitahu klien untuk mencuci lengan sebelah kiri dengan sabun dan membilasnya dengan air mengalir serta mengusap dengan handuk kering
10.     
Meletakkan pengalas pada lengan kiri ibu, dan pola dengan segitiga terbalik
11.     
Melakukan pemasangan implant sesui dengan prosedur
a.          Melakukan desinfeksi dengan gerakan melingkar dari dalam k luar 10-15 cm (tiga kali)
b.          Menutup dengan doek lubang pada lengan yang akan di insisi
c.          Memberikan anastesi local 0,3 cc pada awal pola, dan 1 cc pada pola berikutnya
d.          Menguji efek dari anastesi
e.          Membuat insisi 2 mm
f.           Memasang implant :
-       Membuka plastik trokar dan pastikan kapsul implant ada di dalamnya
-       Mengunkit kulit dan dorong trokar di tanda pola
-       Masukkan pendorong pastikan tanda panah di atas
-       Memutar pendorong 180̊, lakukan with drawl.
-       Menahan pendorong dan tarik trokar ke arah pangkal pendorong
-       Menahan ujung kapsul yang sudah terpasang di bawah kulit, tarik trokar dan pendorong hingga keluar dari luka insisi
-       Meraba kapsul di bawah kulit dan memastikan posisi sudah baik
12.     
Melakukan tindakan pasca pemasangan
a.          Menekan tempat insisi
b.         Mendekatkan kedua luka insisi dan rekatkan dengan band-aid
c.          Memberi pembalut setelah band-aid
d.         Memberitahu ibu pemasangan sudah selesai
e.          Merapikan ibu
f.          Merendam semua peralatan di dalam larutan klorin selama 10 menit
g.         Mengobservasi 5 menit sebelum klien di perbolehkan pulang
13.     
Menjelaskan perawatan pasca pemasangan KB implant.
Memberitahu ibu cara perawatan di rumah :
-            3 hari membuka perban
-            5 hari membuka band-aid
-            Kontrol 1 minggu dan selama seminggu tidak boleh kena air
14.     
Menjelaskan klien harus kembali jika terdapat nanah, perdarahan, ataupun kapsul keluar
15.     
Berikan terapi :
Amoxsillin 500 mg 3x1
Asam mefenamat 500 mg 3x1
16.     
Mendokumentasi pemasangan KB implant
17.     
Follow up tanggal 20 Maret 2018

3.7  Evaluasi
Tanggal : 15 Maret 2018              Jam : 09.40 WIB                    Oleh : Ina S.   
S   :    Ibu mengatakan lega karena pemasangan KB implant sudah selesai
O  :    Ibu dapat mengulang penjelasan yang di berikan oleh bidan tentang pasca
          pemasangan implant dan kapan harus kembali untuk kontrol
A  :    P10001 akseptor baru KB implant
P  :    Berikan HE :
-      Personal hygiene pada daerah pemasangan implant
-      Pola seksual setelah pemasangan implant
-      Aktivitas  pasca pemasangan implant
Follow up 5 hari lagi pada tanggal 20 Maret 2018 atau jika sewaktu-waktu terdapat keluhan.




BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
          Setelah di lakukan pengkajian sampai dengan evaluasi pada Ny.”H” akseptor baru KB implant, dapat di ambil kesimpulan bahwa penulis telah mendapatkan pengalaman nyata dalam penerapan asuhan kebidanan pada Ny. ”H” dengan KB Implant menggunakan tujuh langkah varney secara komprehensif.
          Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Ny.”H” umur 25 tahun dengan KB Impant : ibu mengatakan ingin menggunakan KB implant, ibu dalam keadaan baik, kesadaran composmentis, ibu pernah melahirkan 1x, dan hamil 1x, secara sehat tidak ada komplikasi atau penyulit TD : 110/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,60C, R: 20x/menit, masalah tidak ada, BB: 60 kg, memberi KIE tentang KB implant dan efek sampingnya, menyiapkan alat-alat pemasangan dan pelepasan  implant pada lengan kiri atas kurang lebih 8 cm dari lipatan siku, ibu mengerti tentang KB implant, ibu sudah dipasang implant pada lengan kiri, ibu mau kembali 1 minggu lagi setelah pelepasan dan pemasangan KB Implant, ibu bersedia untuk tidak mengangkat benda yang berat-berat, ibu mau menjaga luka insisinya dan sudah mendapatkan terapi : Amoxilin  500 mg 3x1 tablet, Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet.
          Selama melakukan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

4. 2   Saran
4.2.1 Bagi Lahan Praktek
Dapat meningkatkan mutu pelayanan, sarana, prasarana yang ada untuk kesejahteraan pasien.
4.2.2 Bagi Institusi
Di harapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan pada mahasiswa serta dapat memberikan lahan praktek yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa.
4.2.3 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa di harapkan mampu menerapkan pengetahuan yang di terima di bangku kuliah dengan kasus yang di temui di lapangan sehingga dapat memberikan asuhan yang menyeluruh pada pasien.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH BAHASA INDONESIA : EYD

MAKALAH KONSEP DAN DINAMIKA KEPENDUDUKAN